Rabu, 22 Februari 2012

Manajemen, Satu kata yang masih dianggap rumit bagi siapapun yang melaksanakannya.

Pada prinsipnya Manajemen memiliki arti yang sederhana, walaupun banyak kalangan memberikan definisi yang berbeda-beda. Sejatinya Manajemen merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan menciptakan lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif (menguntungkan).

Dengan langkah-langkah mengumpulkan informasi awal yang dibutuhkan (pegawai, lingkungan kerja dan norma yang mungkin telah terbangun dalam sebuah system kerja yang sudah ada) dan selanjutnya dianalisis untuk memperoleh sebuah kondisi untuk menentukan model system kerja yang ideal untuk diimplementasikan ke dalam pelaksanaan tugas. (Al-Fiaz Rahman)

Manajemen Puskesmas didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan keluaran Puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan Puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada 3 (tiga) fungsi manajemen Puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian, serta Pengawasan dan Pertangungjawaban.
Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan. Sebab bila salah satu fungsi di atas terabaikan maka jangan harap Manajemen akan berjalan dengan baik.

Dari uraian singkat di atas dapat saya simpulkan bahwa manajemen Puskesmas diselenggarakan sebagai :
1. Proses untuk pencapaian tujuan Puskesmas;
2. Proses menyatukan apa yang yang menjadi tujuan pegawai dengan tujuan puskesmas secara keseluruhan. 3. Proses mengelola dan memberdayakan sumber daya dalam rangka efisiensi dan efektivitas Puskesmas;
4. Proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah;
5. Proses kerjasama dan kemitraan dalam pencapaian tujuan Puskesmas;
6. Proses mengelola lingkungan (kerja).

Atau lebih lengkapnya seperti di bawah ini :
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Penggerakan Pelaksanaan (Actuating)
4. Pengawasan/Pembimbingan (Controlling)
5. Penilaian (Evaluating) dilakukan bukan hanya diakhir waktu pelaksanaan, melainkan evaluasi senantiasa dilakukan setiap waktu yang dianggap perlu untuk ditinjau.

Perencanaan (Planning) Melalui fungsi perencanaan Puskesmas akan ditetapkan tugas-tugas pokok pegawai dan dengan tugas-tugas ini pimpinan Puskesmas akan mempunyai pedoman supervisi dan menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh pegawai untuk menjalankan tugas-tugasnya.
Pengorganisasian (Organizing) adalah serangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki Puskesmas dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai tujuan Puskesmas. Penggerakan Pelaksanaan
(Actuating) Fungsi penggerakan pelaksanaan Puskesmas adalah proses pembimbingan kepada pegawai agar mereka mampu dan mau bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia. Kepemimpinan yang efektif, pengembangan motivasi, komunikasi, dan pengarahan sangat membantu suksesnya pelaksanaan fungsi aktuasi. Pengawasan/Pembimbingan
(Controlling) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang sudah disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi kesalahan. Pelaksanaan fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar kinerja (standard performance).
Penilaian (Evaluating) adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta memberikan saran-saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program.

Dalam hal mekalsanakan kegiatan, sudah seharusnya setiap individu (pegawai) sebagai pelaksana memiliki tanggung jawab, sekurang-kurangnya individu harus memberikan pernyataan komitmennya terhadap apa yang ia akan laksanakan. Tanggungjawab individu pegawai tersebut adalah: (lebih kurang seperti ini)
a. Memberikan komitmen terhadap pencapain tujuan;
b. Mendapatkan penilaian dengan cara melakukan umpan balik (feed back) atas kinerja yang telah ia lakukan; c. Melakukan komunikasi secara terbuka dan teratur dengan pimpinannya;
d. Mendapatkan data kinerja dan membagi data itu kepada pihak lain;
e. Menyiapkan diri untuk dilakukan evaluasi atas kinerja yang telah ia capai.

Setiap pegawai Puskesmas harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap pencapaian visi, misi, dan tujuan Puskesmas. Pencapaian pelaksanaan tugas merupakan output, sedangkan pencapaian visi, misi, dan tujuan merupakan outcome.

Sebaliknya seorang manajer juga mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terdapat dalam system kerja yang dibangunnya, diantaranya adalah :
1. Menciptakan kondisi dan situasi yang dapat memotivasi pegawai,
2. Melakukan observasi (evaluasi) kinerja pegawai;
3. Memperbaharui dan menyesuaikan tujuan, standar kinerja, dan kompetensi kerja apabila terjadi perubahan  kondisi;
4. Memberikan umpan balik atas kinerja pegawai dan memberikan pengarahan;
5. Memberikan penataran (upgrading) dan pengembangan kemampuan pegawai, dan
6. Memberikan penguatan perilaku untuk mencapai tujuan organisasi.

Pengaruh Efektivitas Individu dan Kelompok Terhadap Efektivitas Organisasi
Kinerja individu sangat mempengaruhi kinerja kelompok dan selanjutnya bermuara kepada tingkat efektivitas organisasi. Efektivitas individu dapat didukung dari beberapa hal, yaitu:
1. Pengetahuan
2. Keterampilan
3. Motivasi
4. Peran (minat)

Efektivitas kelompok dapat didukung dari beberapa hal, seperti :
1. Kepemimpinan dalam tim
2. Keeratan yang terjalin oleh tim
3. Kekompakan dalam pelaksanaan
4. Struktur yang sesuai
5. Norma (aturan)
6. Peran masing-masing anggota

Efektivitas organisasi dapat didukung dari beberapa hal, berikut:
1. Lingkungan yang diciptakan
2. Model Kepemimpinan
3. Struktur Organisasi yang dibangun
4. Pilihan Strategi yang akan diterapkan
5. Proses Organisasi yang dijalankan
6. Kultur Organisasi yang dianut
7. Sarana dan prasarana yang dimiliki

Jadi, untuk menjadi seorang stakeholder, harus memegang sekurang-kurangnya satu acuan terpercaya dalam memenej suatu organisasi, selain dari insting dan naluri dalam membaca situasi dan kondisi yang terjadi ataupun yang mungkin terjadi di kemudian hari.. dalam artian bahwa sorang stakeholder harus mempunyai kemampuan dan berwawasan yang luas serta mampu mencari siapa saja yang “pantas untuk duduk setingkat dibawahnya” karena hal ini juga memberikan pengaruh yang sangat besar dalam menjalankan roda organisasi baik sebagai pelaksana tugas maupun dalam memberikan masukan (informasi) yang tentunya bersifat membangun dan mendukung ke arah yang cenderung meningkatkan kinerja organisasi.

Jumat, 03 Februari 2012

Sejarah Singkat

Sebelum Kecamatan Manggelewa pisah dari Kecamatan Kempo, Puskesmas Soriutu telah didirikan di wilayah Soriutu, tepatnya dalam bulan Juni 1992. Praktis dalam wilayah kerja Kecamatan Kempo terdapat 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Kempo dan Puskesmas Soriutu hal ini dilaksanakan sebagai persiapan dibentuknta Kecamatan Manggelewa.
Proses peresmian berdirinya Puskesmas Soriutu adalah diawali dengan diresmikannya oleh Bupati Dati II Dompu Bapak Umar Yusuf dengan pimpinan puskesmas sementara dijabat oleh Bapak Abdullah AB. Beberapa bulan kemudian ditugaskan seorang dokter umum sebagai pimpinan baru Puskesmas Soriutu yaitu dr. Lukas Sapto Wiyasto sekaligus sebagai dokter pertama yang bertugas di Puskesmas Soriutu.
Pada awalnya Puskesmas Soriutu hanya memiliki 1 unit kantor sekaligus sebagai tempat pelayanan (Balai Pengobatan) dan 3 (tiga) unit perumahan, jumlah pegawai yang ditugaskan di Puskesmas adalah sebanyak 6 (enam) orang di puskesmas induk yaitu : (1) Abdullah AB, (2) Suryamin, (3) A. Gani Abubakar, (4) M. Saleh HAG, (5) Usman AK, (6) Iris Juwita Kristianti, A.Md.Keb, (7) Sudirman
Selain itu Puskesmas Soriutu juga memilki jaringan di desa yaitu Puskesmas Pembantu (PUSTU) sebanyak 7 (tujuh) pustu yang tersebar di 6 (enam) desa, yaitu :
1.Pustu Kwangko (Kaharudin Ismail)
2.Pustu Napa (Abubakar Mansyur)
3.Pustu Banggo (A. Gani Bakar)
4.Pustu Cakra Baru (..
5.Pustu Nusa Jaya (..
6.Pustu Suka Damai (..


7.Pustu Tanju (..
Jumlah desa saat itu hanya 6 (enam) desa yaitu :
1.Desa Kwangko
2.Desa Banggo
3.Desa Soriutu
4.Desa Lanci Jaya
5.Desa Suka Damai
6.Desa Nusa Jaya
Sebagai Puskesmas yang baru dibangun, perkembangan belum terlihat. Namun keberadaannya sangat dirasakan manfaatnya bagi sebagian masyarakat di wilayah Soriutu (raya), memberikan kemudahan untuk menjangkau pelayanan kesehatan dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi.
Hingga sampai terbentuknya Kecamatan Manggeelwa sebagai salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Dompu, hal ini ditandai dengan dimekarkannya beberapa desa (Desa Nanga Tumpu dan Desa Doromelo serta Desa Tanju, Kampasi Meci dan Desa Teka Sire). Sejalan dengan perkembangan daerah administrasi Kecamatan manggelewa tersebut, perubahan-perubahan telah mulai terlihat, dengan dibangunnya beberapa unit bangunan sebagai tempat pelayanan di puskesmas induk yaitu 2 unit ruang perawatan tahun 1998 dan tahu 2003, 1 unit ruang gawat darurat tahun 2007, dan terakhir tahun 2009 dibangun 1 unit kamar bersalim serta beberapa desa juga dibangun polindes dan pustu.
Sampai sekarang ini, dengan melihat perkembangan penduduk dan meningkatnya pelayanan di Puskesmas Soriutu, maka Puskesmas semakin mantap dengan Pelayanan Perawatan dan Unit Gawat Darurat, serta Poned.
Daftra nama-nama Pimpinan Puskesmas Soriutu :
1.dr. Lukas Sapto Wiyasto (1992 – 1995)
2.dr. Dias Indarko (1995 – 1996)
3.dr. Sukmawati (1996)
4.dr. Budi Santoso (1996 – 1999)
5.dr. Hermawan (1999 – 2001)
6.dr. Eka Sutyawan (2001 – 2003)
7.dr. Syafrudin (2003)
8.dr. Yuli Astuti (2004)
9.dr. Tuti safitri (2004 – 2006)
10.dr. I. Kadek Mondes Aryana (2006 – 2010)
11.dr. Tjahyadi (2010 – sekarang)....(wawancara dengan Pak Suryamin "Babe")
…silahkan generasi selanjutnya meneruskan tulisan ini, agar sejarah Puskesmas Soriutu dapat dicatat sebagai bahan bacaan anak cucu.

Rabu, 01 Februari 2012

Seberapa penting Rakor Tingkat Kecamatan ?

Medio Januari 2012, Puskesmas Soriutu melaksanakan Rapat Koordinasi tingkat Kecamatan Manggelewa, hal ini untuk mendeskripsikan hasil pencapaian program dan hambatan-2 yang ditemuai selama pelaksanaan kegiatan serta bermusayawarah untuk mencapai kesepakatan bersama sebagai bentuk kerja sama lintas sektor agar setiap pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan masyarakat terintegrasi dengan baik dengan segenap elemen yang ada baik pemerintah setempat, Puskesmas maupun masyarakat pemerhati kesehatan.
Suasana rapat koordinasi di kantor camat Manggelewa (Januari 2012)


Kegiatan ini begitu penting dan manfaatnya akan dirasakan apabila segala sesuatu yang disepakati bersama dapat dijalankan secara berkesinambungan, karena sejatinya bahwa Rapat Koordinasi (Lintas Sektor) adalah dilaksanakan semata-mata untuk membangun persepsi yang sama antara Puskesmas Soriutu dengan Pemerintah Kecamatan Manggelewa beserta jaringannya, selain di dalam pelaksanaannya sendiri melibatkan komunikasi, pengarahan dari stakeholder, bertukar pendapat, ada aspirasi (Down-Top). Sehingga dipandang perlu dilaksanakan mengintat di dalam proses pencapaian hasil yang maksimal bidang kesehatan melibatkan berbagai unsur dengan beragam masalah yang menyertai.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari Rapat Koordinasi oleh Puskesmas Soriutu :
1.         Advokasi : Puskesmas yang mempunyai fungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan, perlu melakukan pendekatan mendalam dengan berbagai unsur yang dipandang mempunyai peran dalam bidang kesehatan, dalam hal ini instansi pemerintah,  termasuk unsur-unsur yang ada di dalamnya, pihak-pihak swasta, lembaga pemberdayaa, lembaga swadaya, organisasi masyarakat, serta masyarakat itu sendiri,
2.         Prioritas Masalah : Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh program kesehatan harus dimulai dengan perencanaan yang baik, untuk hal ini perlu adanya gambaran umum tentang keadaan masyarakat, iklim politik, kebutuhan masyarakat, masalah yang dihadapi, tingkat keinginan yang akan dijadikan prioritas, sehingga nantinya tidak terlalu banyak menemui kendala.
3.         Informasi : Sebagai unit pelasksana tugas, tentunya kegiatan yang dilaksanakan adalah bersifat “continue” olehnya demikian, perlu adanya informasi yang terjadi dari komunikasi 2 arah sehingga perkembangan-perkembangan dapat diketahui dengan pasti dari berbagai sektor.
4.         Implementasi : dalam pelaksanaannya, program kesehatan Puskesmas Soriutu dapat dilaksanakan dengan baik, karena semua kegiatan yang tercantum dalam perencanaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
5.         Evaluasi : sebuah pencapaian dari hasil kegiatan tidak selamanya mencapai target, ada beberapa kegiatan yang hasilnya belum memuaskan, hal ini bias disebabkan oleh banyak factor, antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat diselesaikan oleh puskesmas sendiri melalui Lokakarya Mini (Lintas Program), sedangkan Faktor Eksternal tidak dapat diselesaikan oleh puskesmas sendiri melainkan harus duduk bersama antara Puskesmas dengan sektor yang lain, yaitu melalui rapat koordinasi dengan lintas sektor.

Sehingga nantinya terlihat dengan jelas bahwa pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan akan bermuara pada peningkatan derajat kesehatan, sebagaimana yang diharapkan bahwa Konsep pembangunan nasional haruslah berwawasan Kesehatan. semoga !